Jenisjenis tanah longsor yang umum terjadi setidaknya
Groveto Report Second Quarter Fiscal 2022 Financial Results on August 11, 2022 . Acushnet Holdings Corp. Announces Second Quarter 2022 Financial Results . 12 results; next 12 results; Related News Stories JANGAN PERJUDIKAN KEDAULATAN NEGARA UNTUK POPULARITI DIRI. Malaysia Today
17 Pada tahun 2005 - 2006 tercatat, telah terjadi 330 bencana banjir, 69 bencana tanah longsor, 7 bencana letusan gunung berapi, 241 gempa bumi, dan 13 bencana tsunami. Bencana longsor dan banjir itu disebabkan oleh perusakan hutan dan pembangunan yang mengabaikan kondisi alam. Sturktur teks eksposisi pada penggalan teks di atas adalah
Asfor in this thesis, the researcher takes 3 (three) indicators in looking at flood and landslide disaster management in Malang Regency: First, disaster mitigation carried out by the Malang Regency BPD. Second, the institutional framework for disaster management in Malang Regency. Third, community participation in tackling natural disasters of
R Oficial's 9 research works with 271 citations and 1,074 reads, including: Effects of nitrogen fertiliser and pesticide management on floodwater ecology in a wetland ricefield - III. Dynamics of
Text Tanah Longsor Bambang Ruwanto - Nama Orang; Tidak Tersedia Deskripsi. Ketersediaan. BPNB-326: 551.3 BAM t (500 Ilmu-Ilmu Alam) Tersedia: Informasi Detail Judul Seri-No. Panggil. Tanah Longsor. Info Detail Spesifik-Pernyataan Tanggungjawab-Versi lain/terkait. Tidak tersedia versi lain.
y77JGM5. Tanah Longsor merupakan perpindahan atau pergerakan masa tanah yang diakibatkan karena tanah tidak kuat untuk menopang beban yang berada di permukaan tanah, Tanah longsor juga dipengaruhi beberapa variabel, yaitu kemiringan lereng, curah hujan, jenis tanah, dan faktor geologi. Kecamatan Dlingo merupakan salah satu kecamatan yang memiliki potensi bencana tanah longsor karena bentuk lahan pegunungan struktural denudasional, atau pegunungan yang bergelombang dan memiliki lereng yang curam, jika terdapat curah hujan yang cukup lebat maka hal tersebut dapat menjadi longsor, dan tergantung jenis tanahnya juga maka dari itu penelitian ini digunakan sebagai bahan acuan untuk mitigasi bencana tanah longsor di Kecamatan Dlingo. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Laporan Penelitian MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR UNTUK MASYARAKAT DI WILAYAH PEGUNUNGAN STRUKTURAL DENUDASIONAL KECAMATAN DLINGO Disusun Oleh Rada Safira 18040274052 Mochamad Afif 18040274053 Nur Aini Miftakhur Rohmah 18040274070 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM PENDIDIKAN GEOGRAFI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI APRIL 2021 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah Longsor merupakan perpindahan atau pergerakan masa tanah yang diakibatkan karena tanah tidak kuat untuk menopang beban yang berada di permukaan tanah, Tanah longsor juga dipengaruhi beberapa variabel, yaitu kemiringan lereng, curah hujan, jenis tanah, dan faktor geologi. Kecamatan Dlingo merupakan salah satu kecamatan yang memiliki potensi bencana tanah longsor karena bentuk lahan pegunungan struktural denudasional, atau pegunungan yang bergelombang dan memiliki lereng yang curam, jika terdapat curah hujan yang cukup lebat maka hal tersebut dapat menjadi longsor, dan tergantung jenis tanahnya juga maka dari itu penelitian ini digunakan sebagai bahan acuan untuk mitigasi bencana tanah longsor di Kecamatan Dlingo. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Keadaan Curah hujan yang dapat menjadi penyebab terjadinya tanah longsor di kabupaten Dlingo? 2. Bagaimana cara masyarakat mengatasi lereng yang curam karena struktur wilayah yang berupa pegunungan struktural denudasional penyebab terjadinya longsor? 3. Bagaimana Pengaruh Jenis Tanah Terhadap bencana Tanah Longsor? Tujuan 1. Untuk Mengetahui keadaan curah hujan di kabupaten Dlingo sebagai penyebab terjadinya longsor 2. Untuk mengetahui tindakan masyarakat dalam menghadapi daerah lereng yang curam karena struktur wilayah yang berupa pegunungan struktural denudasional yang dapat menjadi penyebab longsor 3. Untuk mengetahui Jenis tanah yang dapat menjadi pengaruh tanah longsor Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan pada mata kuliah Geografi fisik , selain itu penelitian ini juga digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya berkaitan dengan mitigasi bencana yang ada di wilayah tersebut. 2. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian yang penulis susun ini dapat digunakan pemerintah setempat untuk melakukan mitigasi bencana pada wilayah yang berpotensi besar terkena dampak yang ditimbulkan oleh tanah longsor. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kondisi lingkungan disekitarnya sehingga masyarakat dapat memperhatikan dan beradaptasi dengan wilayah pegunungan struktural denudasional dan berbagai dampak yang ditimbulkan dengan kondisi geologi wilayah tersebut. Batasan Istilah Mitigasi, Tanah Longsor,Curah Hujan, Bencana, Tanah. BAB 2 Tinjauan Pustaka Mitigasi Mitigasi BNPB, 2007 adalah serangkaian upaya untuk mengurangi dampak risiko bencana yang mungkin terjadi, tujuan ada dua yaitu fisik dan non fisik. a Fisik meliputi 1. Penekanan pada kerusakan gedung, bangunan dan rumah. 2. Bencana alam terlokalisir. 3. Jeda waktu yang memungkinkan untuk menyelamatkan diri. 4. Terbentuknya sistem manajemen penanganan bencana alam. b Non fisik meliputi 1. Penanganan konsep bencana alam yang lebih baik. 2. Memupus sikap pasrah diri. 3. Terbentuknya ketrampilan dasar untuk menghadapi bencana alam. 4. Membentuk sikap hidup berdampingan dengan bencana khususnya masyarakat untuk wilayah yang rawan bencana Curah Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter mm di atas permukaan horizontal. Dalam penjelasan lain curah hujan juga dapat diartikan sebagai ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Indonesia merupakan negara yang memiliki angka curah hujan yang bervariasi dikarenakan daerahnya yang berada pada ketinggian yang berbeda-beda. Curah hujan 1 satu milimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada termpat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung 6 air sebanyak satu liter. Tanah Longsor Skempton dan Hutchinson 1969, tanah longsor atau gerakan tanah didefinisikan sebagai gerakan menuruni lereng oleh massa tanah dan atau batuan penyusun lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan peyusun lereng tersebut. Bencana Bencana disaster merupakan fenomena yang terjadi karena komponen-komponen pemicu trigger, ancaman hazard, dan kerentanan vulnerability bekerja bersama secara sistematis, sehingga menyababkan terjadinya risiko risk pada komunitas BNPB, 2005 10. Tanah Tanah merupakan lapisan teratas lapisan bumi. Tanah memiliki ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda antara tanah di suatu lokasi dengan lokasi yang lain. Menurut Dokuchaev 1870 dalam Fauizek dkk 2018, Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari material induk yang telah mengalami proses lanjut, karena perubahan alami di bawah pengaruh air, udara, dan macam-macam organisme baik yang masih hidup maupun yang telah mati. Tingkat perubahan terlihat pada komposisi, struktur dan warna hasil pelapukan. BAB 3 Metode Bentuk Kajian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Hadari Nawawi 200067 dalam Marsudi, 2017 penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggunakan prosedur pemecahan masalahnya solusi yang diselidiki dengan cara menggambarkan atau melukiskan keadaan suatu subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, dan masyarakat pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya yang meliputi interpretasi data dan analisis data. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan lokasi terdampak letusan Gunung Merapi. Kecamatan Cangkringan berada pada kawasan rawan bencana II dan III KRB II dan III. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara dan studi pustaka. Variabel Data Variabel yang digunakan adalah Intensitas Curah Hujan Tahunan, Jenis Tanah, Kondisi Wilayah, Serta Pengetahuan Masyarakat tentang Mitigasi Bencana. Prosedur Kerja a. Interpretasi citra untuk identifikasi dan mendeliniasi batas bentuk lahan serta penggunaan lahan. b. Penyiapan peta digital citra maupun google earth c. Menyiapkan data curah hujan tahunan d. Mengetahui Jenis tanah di daerah Kec. Dlingo e. Melakukan observasi dan cek lapangan berdasarkan informasi di peta dan citra. f. Penyiapan pertanyaan untuk wawancara secara sistematik yang dapat dipahami responden. g. Menentukan lokasi spesifik dari satuan lahan yang akan dijadikan sebagai lokasi pengamatan. h. Melakukan pendeskripsian lokasi secara umum dan pengukuran variabel. i. Melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat. j. Tabulasi dan pengelompokan data yang diperoleh k. Menganalisis data hasil tabulasi sesuai dengan tujuan penelitian serta untuk membuktikan hipotesis penelitian. Melakukan pemahaman dan pemaknaan hasil analisis serta penulisan laporan penelitian Cara Analisis 1. Reduksi data, yaitu sebagai proses seleksi, pemfokusan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang ada di lapangan langsung, dan diteruskan pada waktu pengumpulan data. Dengan demikian reduksi data dimulai sejak peneliti mulai memfokuskan wilayah penelitian. 2. Penyajian data, yaitu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan penelitian dilakukan. Penyajian data diperoleh berbagai jenis jaringan kerja, keterkaitan kegiatan atau tabel. 3. Penarikan kesimpulan, yaitu dalam pengumpulan data peneliti harus mengerti dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung di lapangan dengan menyusun pola-pola pengarahan dan sebabakibat. BAB 4 Hasil dan Pembahasan Deskripsi Wilayah 1. Wilayah Administrasi Kecamatan Dlingo berada di sebelah Timur Ibukota Kabupaten Bantul, dengan luas wilayah ha. Wilayah administrasi Kecamatan Dlingo meliputi 6 desa yaitu a. Desa Terong, b. Desa Dlingo, c. Desa Temuwuh, d. Desa Muntuk, e. Desa Mangunan, f. Desa Jatimulyo. 2. Kondisi Geografis Wilayah Kecamatan Dlingo berbatasan dengan a. Utara Kecamatan Piyungan dan Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul b. Timur Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul c. Selatan Kecamatan Playen dan Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, d. Barat Kecamatan Imogiri, Kecamatan Pleret. Kecamatan Dlingo berada di dataran tinggi. Ibukota Kecamatannya berada pada ketinggian 320 meter diatas permukaan laut. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan Ibukota Kabupaten Bantul adalah 23 Km. Bentangan wilayah di Kecamatan Dlingo 0% berupa daerah yang datar sampai berombak, 100% berombak sampai berbukit dan 0% berbukit sampai bergunung. 3. Klimatologi Kecamatan Dlingo beriklim seperti layaknya daerah dataran tinggi di daerah tropis dengan cuaca panas sebagai ciri khasnya. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Dlingo adalah 32ºC dengan suhu terendah 24ºC. 4. Penduduk Kecamatan Dlingo dihuni oleh KK. Jumlah keseluruhan penduduk Kecamatan Dlingo adalah orang dengan jumlah penduduk laki-laki orang dan penduduk perempuan orang. Tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Dlingo adalah 750 jiwa/Km2. Sebagian besar penduduk Kecamatan Dlingo adalah petani. Dari data monografi Kecamatan tercatat orang atau 20,88% penduduk Kecamatan Dlingo bekerja di sektor pertanian.. 5. Sentra Industri Terdapat 3 sentra industri kerajinan di wilayah kecamatan Dlingo, yakni Karangasem Muntuk - Sentra kerajinan bambu. Klepu Temuwuh - Sentra kerajinan meubel. Tanjan Temuwuh - Sentra kerajinan kusen dan daun pintu/jendela. 6. Wisata Budaya a. Upacara Rasulan / Gumbregan Upacara rasulan masih rutin dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Dodogan, Jatimulyo, Kecamatan Dlingo. Kegiatan ini merupakan nilai - nilai tradisi yang sangat diperhatikan oleh masyarakat setempat karena makna yang terkandung didalamnya sangat memberikan arti yang begitu mendalam bagi kehidupan masyarakat dusun Dodogan. b. Wisata Alam Gua Gajah Gua gajah terletak di Dusun Sukorame, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo. Gua Gajah merupakan gua karst yang terletak pada kawasan karst gunung sewu. Gua ini merupakan gua horisontal dengan panjang kurang lebih 50 meter. Nama Gua Gajah berasal dari ciri khas gumpalan batu yang berbentuk menyerupai gajah. Analisis 1. Analisis Intensitas Curah Hujan di Kecamatan Dlingo BPS Kab Bantul Intensitas Curah Hujan Tahun 2019 Curah Hujan per Bulan mm Menurut data tersebut curah hujan yang tinggi pada wilayah Kecamatan Dlingo terdapat pada bulan Januari sehingga pada bulan ini hingga seterusnya maka akan dapat menyebabkan Bencana Alam Tanah Longsor karena kondisi tanah yang lembab dan intensitas hujan tinggi serta terdapat lereng yang curam dapat mengakibatkan potensi bencana alam ini lebih rentan terjadi di daerah lereng karena salah satu ciri pegunungan struktural denudasional memiliki lereng yang curam. 2. Analisis Tindakan Masyarakat dalam wilayah Pegunungan Struktural Denudasional Masyarakat Kecamatan Dlingo beradaptasi dengan cara seperti Mengurangi Keterjalan lereng tersebut, Mengurangi membangun rumah atau fasilitas umum di daerah rawan longsor lereng terjal, maupun daerah pinggiran sungai, membuat bangunan penahan, dan tidak menebang pohon di daerah lereng yang terjal. 3. Analisis Jenis Tanah yang Menyebabkan Tanah Longsor Berdasarkan Peta Hasil Studi Kerawanan Bencana Gelombang Tanah Longsor Pusat Studi UGM 2007 dalam profil kesiap-siagaan Penanggulangan Bencana Menjelaskan bahwa kecamatan Dlingo merupakan wilayah yang sangat rawan longsor. Daerah Perbukitan ini tersusun atas perselingan antara tanah Mediteran dan Latosol. Tanah Mediteran berasal dari batugamping karang, batugamping berlapis, dan batupasir. Tanah latosol berasal dari batuan induk breksi/konglomerat. Jenis tanah latosol merupakan jenis tanah yang berkembang, berwarna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya di daerah iklim basah dan berasal dari batuan induk tuf. Menurut Rosmarkam 1998 tanah latosol meliputi tanah-tanah yang telah mengalami pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut sehingga terjadi pelindihan unsur basa, bahan organik dan silika dengan meninggalkan SiO, sebagai sisa berwarna merah. Sedangkan untuk tanah mediteran merupakan jenis tanah yang memiliki perkembangan profit, solum sedang hingga dangkal, memiliki warna coklat hingga merah dengan daya absorbsi sedang. Jenis tanah ini peka terhadap erosi. Kuriakose, dkk 2009 menyatakan bahwa kedalaman tanah atau ketebalan material tanah ditunjukkan dari permukaan tanah hingga mencapai material yang padubatuan. Foth1991 dalam Ikhwanudin 2008 menyatakan bahwa topografi mempengaruhi perkembangan profil tanah, meliputi 1. Mempengaruhi banyaknya presipitasi yang terserap dan tersimpan dalam tubuh tanah sehingga mempengaruhi kejenuhan tanah terhadap air 2. Mempengaruhi laju pengikisan tanah oleh erosi dan 3. Mengarahkan gerakan bahan dalam suspense atau larutan dari satu tempat ke tempat lain Hal tersebut lah yang membuat daerah lereng Kec. Dlingo rawan terhadap Bencana Tanah Longsor. BAB 5 Kesimpulan Dari hal yang telah dianalisis dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya tanah longsor antara lain adalah intensitas curah hujan yang tinggi, jenis tanah pada wilayah tersebut, morfologi, dan terkadang ulah manusia sendiri karena menebang pohon di daerah lereng yang sebenarnya digunakan sebagai penampung air hujan. Untuk masyarakat sendiri sudah mengerti tentang bahaya tanah longsor di daerah pegunungan dan menindak lanjuti hal tersebut dengan tidak membangun rumah atau fasilitas umum di daerah lereng ataupun pinggiran sungai, membangung bangunan anchor, dan tidak menebang pohon di daerah Lereng pegunungan. Daftar Pustaka BNPB. September 2012. “Pedoman Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat”. Jakarta BNPB Purnomo, N. H.; 2015. Bentanglahan Geografi Yogyakarta & Sekitarnya. Penerbit Ombak ; Yogyakarta Ifanni, M. dan Indrapertiwi, C. ; 2017. Analisis Sebaran Kelompok Rentan di Kawasan Rawan Bencana Longsor untuk penanggulangan Bencana di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul ; Daerah Istimewa Yogyakarta Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul. Nalunggala, A. ; 2016. ANALISIS POTENSI TANAH LONGSOR DI KECAMATAN DLINGO KABUPATEN BANTUL MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SIG ; Surakarta › eColls › eThesisdoc ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
report text about tanah longsor